Workshop Membuat Tempe

Perkenalan saya dengan tempe dimulai ketika saya menobatkan tempe orek buatan Mamah adalah masakan yang paling enak. Ya, tempe sukses bikin saya mengkhinati ayam selama dua tahun di Denmark. Kenapa begitu? Harga tempe di Denmark itu 25 DKK atau sekitar Rp 50.000 untuk sekitar 400 gram. Padahal dengan uang segitu saya bisa mendapatkan ayam dada fillet dengan berat 600 gram kalau lagi diskon di supermarket. Bayangkan! Saya yang bukan pemakan daging merah harus merelakan hawa nafsu untuk tempe untuk mengenang masakan rumah dengan segala kehangatannya.

Peserta workshop membuat tempe batch #2

Setelah dua kali membuat tempe akhirnya saya memutuskan untuk serius belajar buat tempe diakhir pekan lalu dengan mengikuti workshop. Workshop membuat tempe bersama Pak Agus Tempe dan Coyo Studio nya Mba Yoesi di Dapur Rumah Sarwono, Jakarta kali ini adalah acara yang ke #2 karena sebelumnya juga sudah pernah dilaksanakan dibulan lalu.

Proses penyaringan tempe yang sudah direndam dan siap dikukus
Melucuti kulit kedelai
Kedelai yang dipakai dalam workshop itu kedelai lokal organik non GMO. Pak Agus sendiri adalah artisan pembuat tempe dan olahannya menggunakan kedelai lokal. Saya sendiri agak skeptis dengan produk dengan label lokal karena sampai saat ini saya biasanya mengandalkan kepercayaan. Jadi kalau saya tau siapa yang buat dan saya yakin orang tersebut memproduksi makanannya dengan produk lokal, maka saya beli. Jangan dicontoh ya. Nah, yang ingin membeli kedelai lokal bisa langsung ke Pak Agus ya.


Proses lanjutan setelah kedelai dikukus
Penaburan ragi
Acara ini dimulai agak sedikit terlambat karena ada beberapa peserta yang terlambat. Pertama-tama, pak Agus menjelaskan proses tahapan pembuatan tempe. Workshop kali ini juga melibatkan peserta untuk terlibat langsung untuk melucuti kulit kedelai, menyaring kulitnya, dan membungkus tempe menggunakan plastik dan juga daun pisang.

memberikan rongga pada plastik

Hasil praktek membuat tempe

Tahapan membuat tempe tidaklah sulit kecuali bagian menunggu sampai tempe matang karena kondisinya harus pas. Tidak boleh terlalu panas dan dingin karena nanti tidak akan berhasil. Dulu kalau di Copenhagen, saya simpan di dekat penghangat ruangan agar tetap hangat terutama ketika musim dingin.

Tempe mentah yang dicocol sambal

Brownies tempe

Untuk ikut workshopnya, peserta harus membayar Rp 200.000 per orangnya. Kata Mba Yoesi, batch selanjutnya sedang dipersiapkan juga lho. Jadi kalau mau ikutan bisa langsung lihat informasinya (saat ini belum ada iklannya) di Instagram Mba Yoesi ya.

Terasi vegan dari tempe

Tauco
Minus
  • Tidak ada handbook atau materi digital yang diberikan pada peserta sehingga peserta harus mencatat sendiri tahapan pembuatan tempe.
  • Daun pisang disediakan oleh peserta dan terbatas sehingga tidak semua peserta mendapat kesempatan membungkus tempe dengan daun pisang.
Plus
  • Peserta membawa pulang hasil prakteknya dan juga dapat makan siang yang vegan.
  • Dapet icip-icip brownies tempe buatan Mba Yoesi.
  • Bisa membeli tempe kit yang terdiri dari kedelai, probiotik, dan ragi.
  • Pak Agus Tempe juga membawa produk olahan tempe lainnya seperti terasai vegan dan juga tauco.
  • Kenal dengan banyak orang yang sama-sama suka makan tempe!
Nah minggu ini saya rencananya mau praktek membuat tempe sendiri. Kita lihat bagaimana jadinya! Jadi sudah ada ide untuk mengisi waktu diakhir pekanmu?

Comments

Popular posts from this blog

Mudahnya Pinjam Buku di Denmark

Changing Diets for Sustainable Food and Nutrition Provision 2050

Labor’ Social Welfare Related to Health in Indonesia