Loppemarked


Menurut banyak sumber yang dapat dengan mudah diakses melalui situs mesin pencarian, Copenhagen (ibu kota Denmark) dikenal sebagai kota dengan biaya hidup tertinggi di dunia. Ini sangat mempengaruhi aktivitas belanja mahasiswa yang kuliah di sana, termasuk saya. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah belanja, salah satunya dengan membeli barang bekas.

Barang bekas ternyata memiliki pesona tersendiri bagi mahasiswa di Denmark. Beberapa waktu lalu, ditemenin sama Woro kita ke "pasar kaget" yang berisi barang bekas di Østebro, Copenhagen. Di Denmark pasar barang bekas lebih dikenal dengan nama loppemarked. Kalau di Indonesia biasanya pasar kaget diadakan setiap hari minggu di pagi hingga siang hari dan kebanyakan ada di dekat wilayah "car free day".

Kali ini pasar kaget diadakan di dalam gedung Remisen yang biasanya digunakan warga untuk berolahraga. Tidak semua loppemarked ada di dalam ruangan. Saya pernah melihat yang diadakan di pinggir jalan. Biasanya kalau di luar ruangan, pengunjung tidak perlu membayar tiket masuk. Loppemarked dapat dengan mudah ditemukan karena biasanya acara-acara di Denmark selalu di sebar luaskan melalui koran dan sosial media. Tiket masuk seharga 10 DKK atau setara Rp 20 ribu adalah pengeluaran pertama saya di sana. Untuk anak dibawah usia 16 tahun ternyata tidak perlu membayar tiket masuk. Pasar barang bekas ini dapat jelajahi selama dua hari, sabtu dan minggu.

"Ini adalah loppemarked yang rutin diadakan setiap tahunnya. Diadakan 6 kali dalam satu tahun. Tiga sebelum natal dan tiga sesudah natal," kata David, warga yang membantu mengkoordinir loppemarked siang itu.

Barang bekas yang dijulan bermacam-macam dari mulai mainan anak kecil, baju dan sepatu remaja, perabotan rumah tangga, hingga musik dari piringan hitam pun tersedia. Loppemarked yang ada sejak 2011 ini diikuti oleh 99 stand. Beberapa peserta yang berpartisipasi hampir tidak pernah absen berpartisipasi karena ternyata ini adalah sarana mereka untuk menjual beberapa barang yang tak dibutuhkan lagi. Belanja di loppemarked ternyata cukup mudah karena beberapa penjual melayani pembayaran melalui mobile pay (semacam mobile banking namun menggunakan aplikasi khusus).

Sudah lima tahun warga yang tinggal di kommune, sebutan untuk sebuah wilayah tempat tinggal, menjalin kerjasama dengan pemerintah. Tiket masuk yang pengunjung bayar nantinya akan digunakan untuk membayar sewa gedung Remisen itu. Sewa gedungnya ternyata mahal juga untuk satu tahun sekitar 2.530.000 DKK. Sila hitung sendiri kurs nya ke rupiah!

Loppemarked hasil kerjasama masyarakat ini ternyata sangat bermanfaat untuk mahasiswa seperti saya. Di sana saya juga menemukan bahwa tidak semua barang yang dijual adalah barang bekas lho. Ada juga beberapa yang baru. Nah, jadi kalau mau belanja murah di Denmark, ke loppemarked aja. Jangan lupa teliti barang belanjaannya sebelum membayar. Hemat pangkal liburan!

NB: Tulisan ini juga di publikasikan di Website Radio PPI Dunia

Comments

Popular posts from this blog

Mudahnya Pinjam Buku di Denmark

Labor’ Social Welfare Related to Health in Indonesia

Changing Diets for Sustainable Food and Nutrition Provision 2050