Bersepeda di Kulturnatten 2017

Apa yang ditunggu-tunggu ketika bulan Oktober? Sudah pasti Kulturnatten atau culture night. Di tahun ini akan menjadi pengalaman ke-dua saya menghabiskan waktu di Copenhagen, Denmark setelah tahun kemarin juga ikutan acara ini. Kali ini saya ditemani Mba Dwi dan Listia. Saya dapat tugas bikin schedule dan denah karena Mba Dwi sedang sibuk bekerja dengan jurnal-jurnalnya sementara Listia awalnya belum memutuskan untuk ikut. Setelah semua lengkap, saya membeli pin kulturnatten di Seven Eleven dekat kampus. Sama seperti tahun lalu namun harganya sekarang sudah berbeda. Harga kulturpass tahun ini itu 95 DKK atau naik 5 DKK dari tahun kemarin. Ke mana saja saya dan dua orang teman-teman? Berikut daftarnya:




1. At work school
Letaknya masih berada di kampus saya, daerah Frederiksberg, sehingga tempat ini saya jadikan tujuan pertama. Di sana saya mengisi postcards dan memberikan deskripsi bagaimana saya membuat senang orang lain. Hasilnya akan digantung di pintu masuk sekolah ini supaya bisa memberikan inspirasi dan kebahagiaan untuk orang lain. Selain itu kami juga mendapatkan pancake dan workhshop mengenai mindfulness eating. Ternyata selama ini kita selalu makan terburu-buru sehingga kurang menikmati makanan yang kita makan. Instruktur di workshop ini mengajak kami dan peserta lainnya untuk sejenak menikmati coklat dari Perancis dengan mendengarkan bunyi retakan coklatnya dan merasakan setiap rasa yang ada pada coklat.

2. Danish Industry
Perjalanan dilanjutkan menuju tempat di sebrang city hall. Danish Industry atau DI adalah sebuah gedung yang berada di H.C. Andersens Boelevard 18 yang biasa digunakan beberapa perusahaan sebagai kantor. Di sana saya menemukan stand tentang millenium development goals (MDG) dan kita bisa memilih salah satu kriteria MDG dan menuliskan komitmen yang kita lakukan untuk mendukung salah satu MDG itu. Tidak cuma orang dewasa yang bisa menuliskan aksinya namun anak-anak pun juga banyak yang ikut berpartisipasi. Sebagai hadiah, kartu tentang MDG bisa kita bawa pulang sebagai pengingat aksi yang akan kita lakukan untuk mendukung MDG. Di sana saya juga mencoba mantel yang terbuat dari bulu. Ini merupakan salah satu promosi bisnis fashion di Denmark. Alih-alih mau dapat gratisan, saya ikutan lomba posting di Instagram tapi sampai sekarang gak jelas siapa yang menang.


3. Radhus atau city hall
Melihat berbagai partai politik promosi dan berakhir dengan informasi baru. Ternyata jika kita sudah sekitar 3 tahun hidup di Denmark, kita jadi punya hak pilih lho. Kata salah satu anggota partai politik sih begitu tapi belum saya cek di website pemerintah. Setelah dari city hall, saya menuju stasiun metro untuk melihat proses pembuatan metro baru dalam kota yang direncanakan selesai pada tahun 2019 nanti. Lumayan, saya dapat topi proyek gratis!


4. Kollegium di daerah dekat Rundetarn
Saya sebenarnya sudah tau jika di Denmark ada beberapa kollegium atau asrama mahasiswa yang terkenal karena sudah ada sejak zaman dahulu, murah harganya, letaknya di tengah kota, susah masuknya karena ada seleksi nilai akademik dan motivation letter, dan yang terakhir banyak alumni kollegiet itu yang menjadi tokoh penting di pemerintahan atau akademisi. Ada dua kollegium yang kami lihat yaitu Elers kollegium dan yang satunya lupa namanya. Kollegium ini tidak hanya menjadi tempat tinggal mahasiswa Denmark lho. Mahasiswa international juga diperbolehkan tinggal di kollegium ini karena saya sudah tanya persyaratannya. Siapa tahu jodoh bisa dapat kamar di sana.


5. SMK (National Museum of Art)
Biasanya saya cuma bisa ngeliatin museum ini dari luar tapi berkat kulturnatten saya jadi bisa masuk dan lihat koleksinya ditambah dapet private tour dipandu oleh pegawai museum yang ramah dan antusias. Walaupun pada awalnya saya pengen ikutan sesinya Kristina Nya Glaffey sama Anders Haahr tapi apa daya acaranya sudah selesai. Pada malam kulturnatten, kami melihat koleksi dari Gillian Wearing tentang 'Family Stories'. Dia membuat proyek mereplikasi foto dirinya dan anggota keluarganya namun dia menjadi objek fotonya dan menggunakan topeng yang menyerupai anggota keluarganya dan sosok dirinya ketika berumur 3 tahun. Sepintas tidak terlihat jika Gillian lah dibalik foto itu namun jika diamati dengan lebih teliti, bagian matanya menunjukkan perbedaan. Ada banyak karya Gillian yang dipamerkan di SMK namun yang saya paling suka adalah ketika dia mencari 'the real Danish family' dan mengumpulkan data-data tentang penelitian mengenai keluarga dan perspektif anak terhadap keluarga. Ada sebuah penelitian di tahun 2016 oleh sosiolog, Mai Heide Ottosen, bahwa 1/3 dari semua anak-anak (5th grades) di Denmark akan melihat orang tuanya berpisah. Data ini cukup menarik bagi saya karena menurut Mai, 2/3 nya berfikir jika keluarga besar adalah format keluarga ideal.


6. ENIGMA - Museum Pos, Telekomunikasi, dan Komunikasi
Kapan lagi dapat kesempatan menulis surat dan bisa mengirimkannya ke seluruh dunia secara gratis? Ini cuma ada ketika Kulturnatten. Kegiatan ini mengingatkan ketika saya menulis ucapan kartu lebaran untuk teman-teman saya ketika SD dahulu. Mengirim surat lewat kantor pos memang selalu menarik dan menyenangkan untuk saya!

7. University of Copenhagen - SUND
Jadi kampus saya ini (UCPH) terdiri dari berbagai fakultas dan letak gedung kuliahnya ini berbeda-beda. Kali ini acara kulturnatten saya tutup dengan memandangi langit dari lantai 15 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (SUND) ini. Selain itu di sini saya juga melihat berbagai jenis penelitian yang dilakukan universitas dan sebagai pengunjung saya bisa mencoba berbagai alat yang digunakan dalam penelitian seperti robot operasi. Namun pengunjung tidak melakukan operasi melainkan membuka permen. Jangan anggap remeh membuka permen menggunakan robot ya karena ternyata susah sekali.

Itulah tiga tempat di mana saya dan kedua teman saya menghabiskan waktu bersama menikmati malam Kulturnatten 2017. Jadi penasaran tahun depan seperti apa ya di Denmark? Atau mungkin saya sudah di Indonesia. Atau mungkin juga negara lain. Kita tunggu kejutan dari Allah ya.

Comments

Popular posts from this blog

Mudahnya Pinjam Buku di Denmark

Labor’ Social Welfare Related to Health in Indonesia

Changing Diets for Sustainable Food and Nutrition Provision 2050